Anak usia sekolah merupakan sumber daya manusia yang sangat potensial bagi pembangunan bangsa dan merupakan satuan yang terorganisir serta mudah untuk dimotivasi dalam wadah sekolah. Berdasarkan fakta yang ditemui, UKS yang selama ini sebagai sarana untuk mewujudkan peserta didik yang sehat lebih berfokus pada kesehatan fisik dan kelengkapan sarana dan prasarana. Akan tetapi, masalah yang ditemui pada anak usia sekolah tidak hanya fisik namun juga meliputi masalah emosi dan perilaku.
Masalah emosi dan perilaku pada anak usia sekolah merupakan masalah yang penting dicermati oleh karena adanya masalah tersebut pada anak usia sekolah seringkali berdampak terhadap fungsi kehidupan mereka sehari-hari. Anak dengan masalah emosi dan perilaku seringkali mengalami kesulitan belajar, putus sekolah, masalah berinteraksi dengan teman sebaya, serta mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan berbagai situasi kehidupan termasuk terlibat dengan kenakalan remaja, penggunaan zat terlarang, kekerasan di lingkungan sekolah serta perkelahian di antara remaja. Penelitian menunjukkan bahwa 5-9 persen dari anak-anak tidak berkembang secara akademis karena masalah emosi dan perilaku.
Pada peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah (MA) pada umumnya lebih banyak terkait dengan perilaku berisiko. Perilaku berisiko itu di antaranya kebiasaan merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, melakukan hubungan seks di luar nikah, geng motor, tawuran dan bolos sekolah.
Kesehatan jiwa anak dan remaja merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan anak dan remaja di sekolah, serta penentu masa depan mereka di masyarakat. Kondisi tersebut dipertimbangkan oleh karena anak dan remaja menghabiskan hampir sebagian besar waktu mereka di sekolah. Hal ini menempatkan sekolah menjadi tempat yang penting untuk melakukan deteksi dan intervensi dini persoalan atau kesulitan emosi dan perilaku yang mungkin mereka hadapi. Oleh karena itu merupakan suatu hal yang penting mengembangkan usaha kesehatan jiwa anak dan remaja di sekolah. Pada Kesehatan jiwa anak dan remaja merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan anak dan remaja di sekolah, serta penentu masa depan mereka di masyarakat. Kondisi tersebut dipertimbangkan oleh karena anak dan remaja menghabiskan hampir sebagian besar waktu mereka di sekolah. Hal ini menempatkan sekolah menjadi tempat yang penting untuk melakukan deteksi dan intervensi dini persoalan atau kesulitan emosi dan perilaku yang mungkin mereka hadapi. Oleh karena itu merupakan suatu hal yang penting mengembangkan usaha kesehatan jiwa anak dan remaja di sekolah.
Pada tahun 2012, unsur kesehatan jiwa sudah masuk dalam indikator penilaian lomba sekolah sehat. Namun sangat disayangkan, banyak sekolah yang belum menerapkan kegiatan dalam mewujudkan sekolah yang sehat dari unsur jiwanya. Hal ini disebabkan masih minimnya pengetahuan dan pemahaman pengelola program UKS tentang kesehatan jiwa.
Oleh karena itu Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso melalui Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa ( P2PTM & Keswa ) melakukan kegiatan deteksi dini terhadap 1.865 remaja berusia 12-18 tahun siswa sekolah di Kabupaten Bondowoso dengan menggunakan SDQ (Strenght Difficult Questionnaire) menunjukkan :
1. Masalah gangguan emosional 237 anak kategori abnormal (12,71 %) dan 192 anak kategori borderline (10,29 %).
2. Masalah gangguan perilaku 2 anak kategori abnormal (0,11 %) dan 581 anak kategori borderline (31,15 %)
3. Masalah gangguan hiperaktivitas 89 anak kategori abnormal (4,77 %) dan 157 anak kategori borderline (8,42 %)
4. Masalah teman sebaya 128 anak kategori abnormal (6,86 %) dan 478 anak kategori borderline (25,63 %)
5. Skor pro-sosial / kekuatan 74 anak kategori abnormal (3,97 %) dan 164 anak kategori borderline (8,79 %)
6. Skor kesulitan 200 anak kategori abnormal (10,72 %) dan 340 anak kategori borderline (18,23 %)