Terjun ke Desa, Dinkes Aktif Deteksi Penderita TBC

DINKES BONDOWOSO – Menjelang peringatan Hari TBC Sedunia pada 24 Maret 2022, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bondowoso melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi penderita TBC di desa-desa. Setelah di Desa Dadapan, Kamis (18/3) tim kesehatan Dinkes ganti turun ke Grujugan Kidul Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso.

Sebelum dilakukan pemeriksaan, Dinkes melakukan sosialiasi tentang TBC kepada sekitar 50 warga Desa Grujugan Kidul yang hadir di balai desa. Babinsa dari Koramil Grujugan dan Babinkamtibmas dari Polsek Grujugan juga hadir. Sosialisasi tentang TBC digencarkan Dinkes karena masih banyak masyarakat yang kurang faham. Padahal, TBC merupakan salah satu penyakit mematikan yang penularannya sangat mudah. Sehingga masyarakat harus lebih waspada.

Goek Fitri P, SKM Sub koordinator pencegahan dan pengendalian penyakit menular (P2PM) Dinas Kesehatan (Dinkes) menjelaskan tujuan untuk memeriksa warga/masyarakat Desa Grujugan Kidul positif terkena penyakit TBC atau tidak. “Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendeteksi dini warga yang menderita TBC,” kata Goek Fitri P, SKM.

Dia menjelaskan, adanya terkena penyakit TBC berawal dari basil atau bakteri” dari dahak. “Bakteri tersebut sangat mudah menyebar, kami harap masyarakat Grujugan Kidul agar sama” bisa mencegah terjadinya penyebaran penyakit TBC,” ujarnya.

TBC paling sering menyerang paru-paru dengan gejala klasik berupa batuk, berat badan turun, tidak nafsu makan, demam, keringat di malam hari, batuk berdarah, nyeri dada, dan lemah. Jenis batuk juga bisa berdahak yang berlangsung selama lebih dari 21 hari. Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil tersebut menyebar di udara melalui semburan titik-titik air liur dari batuk pengidap TB aktif.

Saat kondisi tubuh sehat, sistem kekebalan tubuh dapat memberantas basil TBC yang masuk ke dalam tubuh. Tapi, sistem kekebalan tubuh juga terkadang bisa gagal melindungi tubuh. Basil TBC yang gagal diberantas sepenuhnya bisa bersifat tidak aktif untuk beberapa waktu sebelum kemudian menyebabkan gejala-gejala TB. Kondisi ini dikenal sebagai tuberkulosis laten. Basil TBC yang sudah berkembang, merusak jaringan paru-paru, dan menimbulkan gejala dikenal dengan istilah tuberkulosis aktif.

Terdapat sejumlah orang yang memiliki risiko penularan TB yang lebih tinggi. Kelompok-kelompok tersebut meliputi: Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pengidap HIV/AIDS, diabetes, atau orang yang sedang menjalani kemoterapi. Orang yang mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi, perokok, pecandu narkoba.

Apabila tidak segera diobati, basil TBC dapat menyebar ke bagian tubuh lain dan berpotensi mengancam jiwa pengidap. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah: Nyeri tulang punggung, meningitis, kerusakan sendi, gangguan hati, ginjal, atau jantung.

(humas dinkes bondowoso)

Leave a Reply